KUDETA MYANMAR

Polisi Tembak Tiga Demonstran Penentang Kudeta Myanmar 

Internasional | Sabtu, 13 Februari 2021 - 00:05 WIB

Polisi Tembak Tiga Demonstran Penentang Kudeta Myanmar 

YANGON (RIAUPOS.CO) – Para demonstran yang menentang kudeta militer Myanmar bentrok dengan polisi, Jumat (12/2/2021). Menurut laporan, ada ratusan ribu orang turun ke jalan di seluruh Myanmar, hari ini.  

Mereka menentang pemerintahan yang baru dibentuk junta militer, sembari menuntut pembebasan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi. 


Aksi protes yang harusnya berlangsung damai itu diwarnai suara tembakan. Tiga orang terluka ketika polisi menembakkan peluru karet untuk membubarkan kerumunan pengunjuk rasa di kota Mawlamyine, kata seorang pejabat Palang Merah Myanmar. 

Rekaman yang disiarkan oleh platform Radio Free Asia menunjukkan, polisi menyerang para pengunjuk rasa, menangkap salah satu dari mereka dan memukul kepalanya. Batu kemudian dilemparkan ke polisi sebagai balasan, tak lama berselang tembakan pun dilepaskan aparat. 

“Tiga tertembak, satu perempuan di bagian perut; satu pria di pipinya, dan; satu pria lagi di lengannya. Kerumunan masih terus bertambah,” ungkap petugas Palang Merah, Kyaw Myint, yang menyaksikan bentrokan itu, dikutip Reuters, Jumat (12/2/2021). 

Di salah satu titik lokasi unjuk rasa di kota terbesar Myanmar, Yangon, ratusan dokter dengan jas putih berbaris melakukan unjuk rasa melewati Pagoda Emas Shwedagon, situs Buddha paling suci di negara itu. Sementara di titik lainnya, para penggemar sepak bola yang mengenakan seragam tim kesayangan mereka lengkap berbaris mengecam militer. 

Demonstrasi juga terjadi di Ibu Kota Naypyitaw, di kota pesisir Dawei, dan Myitkyina—ibu kota Negara Bagian Kachin. Di Myitkyina, para pemuda-pemuda Myanmar memainkan musik rap dan menari.

Unjuk rasa pada Jumat ini memasuki hari ketujuh berturut-turut digelarnya aksi penolakan terhadap kudeta militer, termasuk satu protes pada Kamis (11/2/2021) kemarin di depan kantor Kedutaan Besar Cina. Para pendukung partai Suu Kyi, NLD, menuduh Beijing mendukung junta militer yang melakukan kudeta, meskipun Cina membantah. 

Tekanan kepada junta di bawah komando Min Aung Hlaing datang dari berbagai penjuru, baik dalam dan luar negeri. Bahkan platform media sosial juga ikut bereaksi. Facebook baru saja membatasi konten yang dibuat oleh akun resmi militer Myanmar. 

Pada Jumat, Facebook mengatakan akun-akun yang dikelola militer terus menyebarkan informasi sesat sejak merebut pemerintahan pada kudeta 1 Februari. Setiap unggahan di akun milik militer akan dibatasi, yang artinya jumlah orang yang bisa melihat konten dikurangi.

Sumber: Reuters/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook